5 Kebiasaan Buruk yang Harus Dihapuskan dari Pendidikan Keluarga di Indonesia
ETCRoastery.com – Sejumlah kebiasaan buruk tanpa disadari tumbuh dan berkembang menjadi rantai budaya toxic yang tak berkesudahaan dalam pendidikan keluarga di Indonesia. Lima di antaranya, kami rangkum berikut ini:
Membandingkan anak
Kebiasaan membandingkan anak Anda yang satu dengan yang lainnya, tak terkecuali membandingkan dengan anak orang lain dapat memberikan dampak buruk bagi mental si kecil.
Selain dapat menanamkan sikap buruk seperti rendah diri, kecemasan berlebih dan iri, membandingkan anak Anda juga dapat menyebabkan si kecil menjadi orang yang kompetitif nir kemanusiaan. Secara tidak langsung Anda seakan menciptakan sebuah robot yang hanya ingin mengejar kesuksesan semata, dan lupa menikmati hidup sewajarnya.
Untuk itu, penting bagi Anda memahami bahwa setiap anak dilahirkan dengan kemampuan yang unik. Kenali potensi si kecil dan dorong dia mengembangkan kemampuan terbaik yang ia miliki, alih-alih merong-rongnya dengan ancaman agar menjadi orang yang lebih baik dari teman-temannya.
Krisis kepercayaan pada anak
Cobalah memberikan kepercayaan lebih kepada anak Anda dalam mengembangkan dirinya dengan memberikan kelapangan waktu ketika ia harus bermain, bekerja maupun berkreasi di luar sekolah.
Berhentilah menganggap anak Anda sebagai manusia lugu yang tidak tahu apa-apa dan harus diatur. Beri ia pengertian untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sebab tidak selamanya mereka hidup di bawah ketiak orang tua.
Kepercayaan dari orang tua sangatlah penting guna mengembangkan rasa percaya diri anak ketika berhadapan dengan dunia luar.
Orang tua selalu benar
Memberikan kepercayaan lebih kepada anak Anda, berarti pula soal memahami bahwa orang tua tidak selalu benar. Menjadi terbuka dengan keputusan dan pilihan anak Anda merupakan sebuah keputusan yang juga mengharuskan Anda untuk bisa beradaptasi dengan zaman, cara pandang anak Anda, serta pemahaman bahwa Anda bukanlah orang yang paling pintar kendati lebih dulu melahap asam garam kehidupan.
Masa depan anak bukan di tangan Anda
Ketahuilah bahwa zaman terus berkembang, pun jenis pekerjaan tidak melulu hanya sebatas pekerjaan konvensional seperti dokter, PNS, polisi, maupun instansi pemerintah lainnya.
Jangan bebankan anak Anda dengan impian semu soal pekerjaan ideal seperti yang Anda ketahui. Sebaliknya, hargai apapun keputusan anak Anda termasuk ketika dirinya memilih bekerja sebagai seorang enterpreneur, freelance ilustrator, digital artist, copywriter, content manager dan jenis pekerjaan baru yang bermunculan di era digital.
Budaya kekerasan
Salah satu budaya toxic yang harus dihapuskan dari pendidikan anak di keluarga adalah budaya kekerasan, baik fisik maupun verbal. Selain memberikan trauma mendalam secara psikis dan mental, budaya kekerasan berpeluang menjadi rantai yang panjang dan tak kenal putus saat kelak anak Anda melakukan hal serupa pada keturunannya.
So, jalani segala bentuk komunikasi dengan anak Anda tanpa kekerasan sedikit pun. Hormati dia sebagaimana Anda menghormati diri sendiri.