Fakta Problematika Kehidupan Yang Di Buat Oleh Manusia Sendiri
Etcroastery.com-Setelah hidup lebih dari 20 tahun sebagai anak manusia, banyak sekali masalah-masalah hidup yang silih berganti datang.
Saya masih mengingat betul ucapan 10 tahun lalu. Kala itu, saya berkeluh kesah meratapi nasib sebagai remaja yang penuh dengan larangan dan serba keterbatasan. Orang dewasa menganggap saya adalah anak ingusan yang belum ngerti banyak hal apalagi urusan mereka.
Menjadi anak kecil memang menyenangkan dan hampir semua kebutuhan tercukupi. Mulai dari makan, pakaian sampai dengan tempat pendidikan, bisa di dapatkan sekaligus. Anak kecil tinggal menikmatinya, sementara orang tua lah yang ke pusingan. Sudah hukum alam bahwa orang tua yang bertanggung jawab akan hidup anaknya sampai dia dewasa nanti.
Namun menjadi anak kecil juga ternyata punya Problematika. Misalnya orang tua saya tidak memberikan kebebasan untuk memilih tempat sekolah. Atau saya juga tidak dibebaskan untuk bermain dengan teman-teman sampai sore hari, jika melawan, biasanya ibu akan memarahi.
Sementara Kakak saya yang sudah kuliah bisa pulang malam sekalipun, dengan alasan mengerjakan tugas kampus. Saat itu saya berpikir, menjadi orang dewasa sepetinya menyenangkan.
Saat ini saya bukan gadis seperti 10 tahun lalu lagi. Bahkan usia saya mungkin dapat dikatakan matang. Namun menjadi orang yang katanya sudah dewasa ternyata tidak semenyenangkan apa yang saya bayangkan dulu.
Manusia ternyata memiliki sifat-sifat yang cukup menarik bahkan ada sifat manusia yang perlahan-lahan bisa membunuh manusia lain.
Saya ingin menarik kesimpulan lebih dini terkait apa yang akan saya tulis pada artikel ini. Masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan manusia pada dasarnya memang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Kita-kita kamu akan berakhir menjadi manusia seperti apa?
*Manusia Biang Gosip*
Yang sering terjadi dan nampaknya sulit dihindari adalah ketika perempuan sudah mengumpul. Semua informasi apapun akan dilebur jadi satu orbrolan hangat para kaum perempuan.
Gosip biasnya sering muncul di lingkungan kerja. Jika ada karyawan yang berbeda atau menonjol dari mereka-mereka si biang gosip, siap-siap saja kamu akan jadi cibiran mereka. Yang paling menyeramkan, si biang gosip ini mampu mengorek-ngorek semua masalah yang pernah terjadi dihidupmu.
Gosip dilingkungan kerja merupakan cara untuk menindas seseorang. Namun di luar fakta atau tidak apa yang mereka bicarakan soal kamu, itu bisa merugikan dan membuat kerja tidak nyaman.
Rumor yang buruk mengenai seseorang dengan cepat akan mempengaruhi persepsi orang lain terhadapnya. Sebagai manusia biasa, saya pernah menjadi korban dari mulut-mulut orang yang beracun ini.
Akibat ulah mereka si biang gosip, saya hampir tidak bisa hidup dengan tenang. Hidup diselimuti rasa cemas dan ketakutan. Sejauh apa si mereka ngomongin saya? Saya harus bersikap seperti apa agar mereka diam. Rasa percaya diri saya berkurang, dan bagaimana jika semua orang merendahkan saya dan membenci saya. Saya takut.
*Suka menghakimi Orang Lain*
Selain budaya gosip, masih banyak masyarakat kita yang meng Judging atau menghakimi seseorang berdasarkan apa yang dia lihat.
Tanpa tahu permasalahan hidup seseorang, tanpa tahu bagaimana mental seseorang, tanpa tahu kepribadian seseorang, kita gampang sekali menilai buruk manusia dengan atau kedipan. Hal itu sudah tumbuh sejak dahulu sampai ada pribahasa Gajah di dipelupuk mata tiada tampak.
Sejatinya juga tidak ada salahnya jika kamu menilai seseorang lebih dini. Karena mata manusia diciptakan untuk melihat hal baik dan buruk. Namun akan menjadi kurang tepat jika kamu langsung meyimpulkan penilaian mu kepada seseorang yang ternyata kamu sendiri tidak mengenalnya.
Misalnya saja, saya sebagai perempuan sering main atau nongkrong dengan teman laki-laki. Hampir setiap hari saya sering pulang malam hari. Orang-orang disekitar saya berpikir bahwa saya perempuan nakal. Mereka juga tidak sepenuhnya salah menilai saya seperti itu, namun alangkah baiknya kamu tidak melulu berperasangka buruk dulu.
Berteman dengan banyak laki-laki dan pulang malam apakah cukup untuk menghakimi saya perempuan nakal? Saya bekerja disebuah perusahaan dibagian Marketing. Setiap hari pekerjaan ini menuntut saya harus bertemu dengan orang baru. Menjadi Marketing tidak melulu soal jual produk dagangan atau menawarkan kerjasama saja. Belum lagi dari kantor yang menuntut saya harus menembus omset sekian rupiah.
Oleh sebab itu, saya sering pulang larut untuk mencapai target.
*Standar Kecantikan Orang Indonesia*
Sifat unik yang dimiliki manusia di mana mereka menentukan standar kecantikan. Bagi kebanyakan orang, cantik itu dia yang berkulit putih, bertubuh langsing, tidak berjerawat dan badanya mulus tanpa ada bekas luka apapun.
Mereka yang memang terlahir cantik tidak akan merasakan penderitaan orang yang terlahir kurang cantik. Namun orang yang kurang cantik pun bisa jadi cantik bagaimana isi dompetnya. Segalanya bisa di halalkan asal mencapai standar kecantikan.
Padahal cantik menurut sebagian orang adalah dinilai dari inner nya, dan cara dia merawat tubuh. Ada yang perlu diperhatikan perempuan, bahwasanya cantik menurut saya sendiri adalah soal kebutuhan.
Saya juga kurang setuju bahwa cantik itu harus putih, langsing dan mulus. Sebagai perempuan tulen, saya rasa menjaga kesehatan tubuh itu tidak ada salahnya. Karena jika saya cantik, itu bukan untuk orang lain tapi diri sendiri selebihnya orang lain bisa nyaman saat berada di dekat saya.
*Jenis Kelamin Menjadi Persoalan*
Saya beruntung bisa tumbuh Dilingkungan keluarga yang bisa memberikan pendidikan setinggi-tingginya untuk bekal saya besok. Keadaan menuntut saya untuk menentukan masa depan seperti apa.
Kebanyakan orang menilai, perempuan yang bekerja sebagian bidan atau tenaga kesehatan memiliki aura yang begitu cerah. Secarah masa depan seorang bidan yang pasti terjamin. Namun mereka akan memandang sebelah mata jika perempuan berprofesi sebagai Satpol PP.
Perempuan kok jadi Satpol PP yang tugasnya menangkap dan membubarkan orang-orang dipinggir jalan, tidak anggun sekali. Emang bisa manangkap penjahat kalau Satpol PP nya perempuan?.
*Profesi Jadi Tolak Ukur Kesuksesan*
Di negara dengan ciri bendera merah putih ini juga masih memandang bahwa mereka yang bekerja sebagai Dokter, BUMN, Polri atau TNI dan lain-lain lah, hidupnya akan terjamin sampai hari tuanya. Pekerjaan yang menurut kebanyakan orang keren dan sangat diidam-idamkan.
Sementara karyawan swasta dengan gaji Rp. 20 juta perbulan tidak dipandang. Apalagi sekarang juga banyak pekerja lepas atau influencer yang masih di remehkan calon ibu mertua.
“Oh apa itu influencer. Gajinya berupa sebulan?.
Padahal Jika ingin dibandingkan dengan gaji prosesi Dokter, BUMN, Polri atau TNI, penghasilan Inflencer bisa jauh lebih banyak. Tapi memang sangat beresiko karena penghasilannya tidak tetap. Memang penuh dilema hidup ini.
Berbicara pencapaian orang-orang sukses, banyak yang tidak tahu bagaimana mereka bisa menyentuh angka kesuksesan tersebut.
*Sukses Butuh Usaha Dan Pengorbanan*
Hal yang membedakan setiap orang sukses dan tidak sukses adalah sejauh mana usaha yang telah dilakukan. Dalam meraih kesuksesan, ada beberapa sifat yang bisa menjadi cerminan kesuksesan seseorang dalam dunia bisnis ke depannya.
Sukses bukan milik orang yang lemah, sukses hanya dimiliki oleh orang yang memiliki kegigihan yang tinggi. Jika Anda baru gagal 1 kali kemudian putus asa, maka Anda tidak akan pernah meraih kesuksesan
Tidak ada seorang ahli hebat di dunia ini yang menguasai berbagai bidang ilmu berbeda. Dan tidak ada juga orang yang hidup tanpa pernah membuat kesalahan. Seorang yang sukses adalah orang yang bisa fokus kepada bidangnya masing-masing dan menjadikan kesalahan menjadi sebuah baham pembelajaran.
Jangan menganggap orang sukses itu datang sendiri tanpa ada usaha dan pengorbanan.