Menghapus Budaya Kekerasan Dimulai dari Diri Sendiri
ETCRoastery.com – Bullying atau perundungan merupakan salah satu bentuk kekerasan verbal yang kian hari disadari banyak orang sebagai sesuatu yang keliru, namun ironisnya tidak sedikit yang mengamininya dengan sikap abai saat melihat praktik bullying terjadi atau bahkan tidak menyadari menjadi bagian dari budaya bullying sendiri.
Baik secara langsung maupun melalui media sosial, jenis kekerasan ini boleh dibilang terlalu licin untuk disikapi secara tegas bahkan kerap disimplifikasi sebagai hanya sekadar bercandaan maupun bahasa tongkrongan yang dianggap “luwes”.
Tak jarang, orang yang hendak mengakhiri perilaku bullying dengan membela korban maupun melawan pelaku justru mendapat teror seperti diasingkan dari pergaulan atau dicap tidak adaptif dalam bergaul. Ya, salah satu pemakluman inilah yang membuat rantai budaya kekerasan nan toxic seakan tidak pernah putus, kendati kesadaran akan hal tersebut kian bertumbuhan semakin hari, terlebih dalam dasawarsa terakhir.
Bentuk lain dari bullying itu adalah kekerasan seksual secara verbal pada perempuan. Kaum perempuan kerap mendapatkan selentingan kata-kata tidak senonoh dari kaum pria, lebih dari itu bahkan pelecehan fisik yang kerap dilumrahkan. Hal ini bahkan dianggap biasa saja di lingkungan sosial yang serba patriarkis. Termasuk di lingkungan kerja, sekolah, maupun pergaulan.
Ironisnya, sedikit yang menyadari kedua jenis kekerasan tersebut dapat membuat korban merasa tidak nyaman bahkan mengalami trauma yang dapat memengaruhi kondisi seseorang. Belum lagi, kekerasan fisik yang tak hanya memberikan dampak buruk secara lahiriah namun juga psikis.
Karena itu, diperlukan sebuah kesadaran untuk menghapus budaya kekerasan tersebut yang bisa dimulai dimulai dari diri sendiri. Lantas, apa saja yang harus kita lakukan?
Stop melontarkan kata-kata negatif pada siapapun
Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah dengan berhenti melontarkan kata-kata negatif kepada siapapun. Hentikanlah kebiasaan mencela fisik maupun kekurangan orang lain. Tak terkecuali menggoda perempuan dengan kata-kata tidak senonoh.
Dengan berhenti melontarkan kata-kata negatif, Anda telah memutus peluang kekerasan verbal terjadi. Bahkan dapat menghindarkan hal buruk seperti perkelahian.
Hormati siapapun sebagai manusia
Tak jarang, pelaku kekerasan dapat dengan semena-mena melakukan tindak kekerasan verbal, seksual maupun fisik karena memiliki perasaan superior atas liyan. Perasaan itu dapat tumbuh dikarenakan pelaku kekerasan merasa dirinya lebih baik dari segi fisik, gender, dominasi di lingkungan, kekayaan dan hal lain yang membuat dirinya melegitimasi perbuatan toxic tersebut.
Oleh karena itu, penting untuk menghapus sikap arogan tersebut dengan menanamkan pemahaman untuk menghormati siapapun sebagai sesama manusia, terlepas dari apapun latar belakang mereka.
Berani untuk menindak pelaku kekerasan
Tak ada cara lain untuk menyudahi budaya kekerasan selain dengan menindak tegas para pelaku kekerasan tersebut. Kendati ini merupakan aspek tersulit, terlebih jika pelaku merupakan orang yang dominan dan memiliki jabatan di suatu lingkungan tertentu, menindak mereka dengan menegur maupun meminta bantuan masyarakat merupakan salah satu cara untuk menyudahi kekerasan.
Terakhir yang tidak kalah penting adalah menjauhlah dan jangan menjadi bagian dari lingkungan, unit sosial, maupun kelompok yang melumrahkan kekerasan pada orang lain sekecil apapun. [AP]